Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Winn Collier

Masa Depan yang Berbeda

Tiga ratus siswa SMP dan SMA di kota kecil Neodesha, Kansas, berbaris memasuki aula untuk menghadiri pertemuan dadakan. Mereka pun duduk terpaku, tak percaya saat mendengar sepasang suami-istri yang memiliki hubungan dengan kota mereka memutuskan akan membayar uang kuliah setiap murid Neodesha selama dua puluh lima tahun ke depan. Semua siswa terkejut, gembira, dan menangis bahagia.

Belas Kasihan, Bukan Kepahitan

Ketika gedung-gedung World Trade Center runtuh pada tanggal 11 September 2001, Greg Rodriguez adalah salah seorang korban yang tewas. Dalam dukanya, orangtua Greg memikirkan sungguh-sungguh tanggapan mereka terhadap serangan mengerikan itu. Pada tahun 2002, Phyllis , ibunda Greg, bertemu dengan Aicha el-Wafe, ibu dari salah seorang pelaku yang dituduh membantu para teroris. Phyllis berkata, “Aku menghampirinya seraya membentangkan kedua tanganku. Kami berpelukan dan menangis. . . . Aicha dan saya langsung merasa dekat. . . . kami sama-sama menderita karena kedua putra kami.”

Mengenal Jalan yang Benar

Tak seorang pun mengira bahwa pemain skateboard Brasil berusia enam belas tahun, Felipe Gustavo, akan menjadi “salah satu pemain skateboard paling legendaris di planet ini”. Ayah Gustavo yakin sang putra perlu mengejar mimpinya untuk menjadi pemain skateboard profesional, tetapi mereka tidak punya uang. Ayahnya lalu menjual mobil mereka dan membawa putranya mengikuti kompetisi skating Tampa Am yang terkenal di Florida. Tak seorang pun pernah mendengar tentang Gustavo . . . sampai ia menang. Kemenangan itu menjadi batu loncatannya menuju karier yang luar biasa.

Seisi Rumah

Dengan mengenakan seragam napi, James berjalan melintasi sasana olahraga di penjaranya dan melangkah masuk ke kolam renang portabel tempat ia dibaptis oleh pembina rohaninya di sana. Kebahagiaan James berlipat ganda ketika ia mendengar bahwa putrinya Brittany—juga seorang narapidana—telah dibaptis pada hari yang sama . . . di kolam yang sama! Para petugas penjara pun terharu saat menyadari hal tersebut. “Semua orang menangis,” cerita sang hamba Tuhan. Selama bertahun-tahun, Britanny dan ayahnya keluar-masuk penjara, dan kini sama-sama menginginkan pengampunan dari Allah. Kini, secara bersamaan, Allah memberi mereka hidup yang baru.

Saling Memperhatikan

Jose, seorang guru pengganti berusia tujuh puluh tujuh tahun, sudah tinggal dalam mobilnya selama delapan tahun. Setiap malam, pria tua itu tidur di dalam Ford Thunderbird LX keluaran 1997 miliknya, sambil terus memantau kondisi aki mobilnya yang menjadi sumber energi bagi komputer yang dipakai untuk melakukan pekerjaannya di malam hari. Alih-alih menggunakan pendapatannya untuk menyewa tempat tinggal, Jose mengirimkan uang itu kepada kerabatnya di Meksiko yang lebih membutuhkan. Suatu hari, pagi-pagi sekali, salah seorang mantan murid Jose melihatnya sedang sibuk mencari-cari sesuatu di bagasi mobilnya. Ia merasa perlu melakukan sesuatu dan memutuskan untuk menggalang dana bagi Jose. Beberapa minggu kemudian ia menyerahkan selembar cek kepada Jose untuk membantunya menyewa tempat tinggal.

Bukan Lagi Seorang Yatim

Guy Bryant hidup melajang dan tidak memiliki anak kandung. Ia bekerja di dinas kesejahteraan anak-anak kota New York. Karena setiap hari ia menghadapi besarnya kebutuhan akan orangtua asuh, Bryant pun memutuskan untuk melakukan sesuatu. Selama lebih dari satu dekade, Bryant mengasuh lebih dari lima puluh anak, bahkan pernah mengasuh sembilan anak pada saat bersamaan. “Selalu saja ada anak yang membutuhkan tempat tinggal,” Bryant menjelaskan. “Saya pikir, karena saya memiliki tempat di rumah dan hati saya bagi mereka, jadi saya melangkah saja tanpa pikir panjang.” Sampai sekarang, anak-anak asuh Bryant yang telah dewasa dan mandiri masih menyimpan kunci apartemennya dan sering berkunjung pada hari Minggu untuk makan siang bersama orang yang mereka juluki “Pops” itu. Bryant telah menunjukkan kasih seorang ayah kepada banyak orang.

Kesembuhan bagi Seluruh Dunia

Tersembunyi dalam suatu jurang terpencil di kawasan barat Slovenia, berdiri sebuah rumah sakit rahasia Franja Partisan. Di sana, pada masa Perang Dunia II, tenaga medis dalam jumlah besar merawat ribuan tentara yang terluka, sambil tetap tersembunyi dari Nazi. Meskipun rumah sakit itu berkali-kali berhasil luput dari upaya Nazi untuk menemukan letaknya, yang lebih hebat dari itu adalah bagaimana rumah sakit tersebut (yang didirikan dan dijalankan oleh gerakan perlawanan rakyat Slovenia) memilih untuk merawat tentara dari pihak Sekutu maupun lawannya, blok Axis. Rumah sakit itu terbuka bagi semua orang.

Sesuatu yang Kuat dan Menyatukan

Amina, seorang imigran asal Irak, dan Joseph, seorang warga negara Amerika Serikat sejak lahir, berada dalam kubu yang berseberangan pada sebuah unjuk rasa politik. Kita sudah dididik untuk meyakini bahwa orang-orang yang berbeda etnik dan pandangan politik umumnya saling bermusuhan dengan sengit. Namun, ketika sekelompok orang mendekati Joseph untuk membakar baju yang dikenakannya, Amina bergegas menghampiri dan membelanya. “Saya rasa, sebagai manusia, kami sangat jauh berbeda,” kata Joseph kepada seorang wartawan, “meski demikian, pada saat itu kami sama-sama merasa ‘ini tidak bisa dibenarkan’.” Amina dan Joseph disatukan oleh sesuatu yang lebih kuat daripada politik.

Pertarungan yang Sengit

Pada tahun 1896, seorang penjelajah bernama Carl Akeley dikejar-kejar oleh seekor macan tutul berbobot 36 kg di sebuah kawasan terpencil di Etiopia. Ia ingat macan tutul itu menerkam, mencoba “menancapkan gigi-giginya pada leherku.” Namun, macan tutul itu meleset dan gigi-giginya justru merobek lengan kanan Akely dengan ganas. Keduanya berguling-guling di pasir dalam pertarungan yang panjang dan sengit. Akeley sempat melemah, dan “tinggal menunggu, siapa yang menyerah lebih dulu.” Akhirnya, dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, Akeley berhasil mencekik kucing besar itu dengan tangan kosong.